Senin, 05 Desember 2011

PERAN GANDA PEREMPUAN

Departemen Pendidikan Nasional
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang



A.JUDUL                                                                            
PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM KELUARGA NELAYAN
(STUDI KASUS DI DESA SENDANG SIKUCING KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL)
B. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan jaman sering diiringi dengan berkembangnya informasi dan tingkat kemampuan intelektual manusia. Bersama itu peran perempuan dalam kehidupan pun terus berubah untuk menjawab tantangan jaman, tak terkecuali mengenai peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Biasanya, tulang punggung kehidupan keluarga adalah pria atau suami. Tapi kini para perempuan banyak yang berperan aktif untuk mendukung ekonomi keluarga. Perempuan tidak sekedar menjadi konco wingking, tetapi juga banyak mempunyai peran dalam keluarga. Menurut konsep ibuisme, kemandirian perempuan tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap sebagai makhluk social dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peran  tersebut dengan baik. Mies (dalam Abdullah 1997:91) menyebutkan fenomena ini house wifization kerena peran utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa boleh mengharapkan imbalan, prestise serta kekuasaan. Bahkan tak jarang perempuan mempunyai tingkat penghasilan yang lebih memadai untuk mencukupi kebutuhan keluarga dibanding suaminya. Dengan pendapatan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa perempuan ikut berusaha untuk keluar dari kemiskinan meski semua kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.
Peran atau role menurut suratman (2000:15) adalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan ada pada individu seksual, sebagai satu aktivitas menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi dua: 1. Peran public, yaitu segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan dilluar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan; 2. Peran domestic, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk melakukan kegiatan kerumahtanggaan. Peran yang dilakukan para perempuan atau ibu rumah tangga karena ingin kondisi kesejahteraan yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, persiapan meteri berbagai jaminan masa depan kehidupannya, ketentraman dan keamanan.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, tingkat modernisasi dan globalisasi informasi serta keberhasilan gerakan emansipasi wanita dan feminism, wanita semakin terlibat dalam berbagai kegiatan. Peran ganda perempuan bukan lagi sebagai hal yang asing. Muhammad asfar dalam prisma (1996) menyatakan bahwa perempuan tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menjalankan fungsi reproduksi, mengurus anak dan suami atau pekerjaan domestic lainnya, tetapi sudah aktif berperan di berbagai bidang kehidupan baik  social, ekonomi, maupun politik. Kecenderungan peran perempuan mempunyai peran ganda dalam keluarga miskin meningkat. Sumanto dan cahyono (yogya post 7 Februari 1992) mengemukakan bahwa tenaga jumlah tenaga kerja wanita akan mendominasi pasar kerja dimasa yang akan datang, superioritas pria di bursa kerja akan bergeser.
Strategi ekonomi rumah tangga miskin di pedesaan dalam menghadapi kondisi kemiskinan mencakup upaya-upaya alokasi sumber daya, khususnya tenaga kerja di sektor produksi. (Ihromi, 1996 : 241). Di sektor produksi, rumah tangga pedesaan di Indonesia menerapkan pola nafkah ganda sebagai bagian dari strategi ekonomi. Dalam pola itu sejumlah anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah di berbagai sumber, baik di sektor pertanian maupun luar pertanian, dalam kegiatan usaha sendiri maupun sebagai buruh. Bagi rumah tangga miskin, arti pola nafkah ganda itu adalah strategi bertahan hidup, dimana sektor luar pertanian merupakan sumber nafkah penting untuk menutupi kekurangan dari sektor pertanian (White dan Sayogya dalam Ihromi, 1996 : 242).
Para ibu dari keluarga-keluarga yang berpenghasilan rendah, umumnya melakukan peran ganda karena tuntutan kebutuhan hidup bagi keluarga. Meskipun suami berkewajiban sebagai pencari nafkah yang utama dalam keluarga, hal ini tidak menutup kemungkinan bagi istri untuk bekerja sebagai penambah pengahasilan keluarga.
Dalam upaya mencapai hidup sejahtera, perempuan keluarga nelayan setiap hari berusaha agar segenap perannya baik sebagai ibu rumah tangga, pencari nafkah baik pedagang, buruh tani, ataupun sebagai pekerja di sector informal. Untuk itu mereka mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor public atau bekerja diluar rumah tangga adalah pembinaan keluarga akan terbengkalai dan terabaikan. Karena itu, meskipun wanita diperbolehkan untuk bekerja disektor publik, dia tidak boleh menelantarkan sektor domestik dan pengasuhan anak-anaknya.
Desa Sendang sikucing merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan rowosari kabupaten Kendal, desa sendang sikucing merupakan desa yang strategis, karena terdapat obyek wisata yaitu pantai sendang sikucing dan juga pantai cahaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestic. Dan itu merupakan sebagai penghasilan daerah tersebut. Akses transportasi menuju tempat wisata tersebut juga sudah ada dan tersedia dengan baik, apalagi di dukung dengan kondisi jalan yang baik, sehingga lebih memudahkan untuk sampai ke tempat tujuan. mayoritas warga di desa Sendang Sikucing adalah bekerja sebagai nelayan, selain sebagai nelayan ada juga yang menjadi petani, PNS, pedagang dan sebagainya. Desa Sendang Sikucing merupakan desa yang penduduk perempuannya ikut turut serta berperan dalam membantu perekonomian keluarga, banyak ibu rumah tangga yang bekerja sebagai petani, pedagang ikan, dan penjual makanan di obyek wisata. Dahulu mayoritas ibu-ibu tersebut tidak mempunyai pekerjaan apabila pekerjaan rumahnya selesai. Di waktu senggangnya, mayoritas ibu rumah tangga di Desa Sendang Sikucing hanya “ngrumpi” (membicarakan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diperlukan) di halaman rumah tetangganya. Akan tetapi demi meningkatkan kesejahteraan keluarga, ibu-ibu tersebut harus meninggalkan kebiasaan yang tidak berdaya guna tersebut untuk bekerja membantu mencari tambahan penghasilan keluarga. Karena tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki ketrampilan, salah satu usaha yang bisa dilakukan ibu-ibu tersebut hanyalah bekerja sebagai petani,pedagang ikan dan penjual makanan di tempat obyek wisata.
Kegiatan para ibu rumah tangga yang ikut serta dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga dan juga pengurus rumah tangga, sehingga dikatakan bahwa ibu rumah tangga mempunyai peran ganda di dalam keluarga menarik untuk dikaji dan dideskripsikan. Oleh karena itu, maka penulis mengadakan penelitian mengenai “PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM KELUARGA NELAYAN
(STUDI KASUS DI DESA SENDANG SIKUCING KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL)

2. RUMUSAN MASALAH
Dalam kehidupan berkeluarga, wanita mendapat kesempatan untuk memainkan berbagai peranan yaitu sebagai istri (sex partner), sebagai pengurus rumah tangga (home maker), sebagai ibu anak-anak (mother), sebagai teman hidup (companion) dan sebagai makhluk sosial yang ingin mengadakan hubungan sosial yang intim. Kemampuan memerankan sebagai peranan itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi kehidupan masing-masing wanita (setyowani 2003:16).
Dalam keluarga besar maupun kecil, masing-masing anggota mempunyai kewajiban dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi. Setiap keluarga mempunyai masalah yang berbeda-beda, khususnya pada keluarga ibu yang bekerja baik disektor informal, non formal maupun informal. Sebagaimana dengan suami, seorang istri juga tidak mau kalah dalam mencukupi kebutuhan hidup. Istri juga bekerja membanting tulang dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Kenyataan dilapangan umumnya wanita bekerja untuk membantu mencari nafkah bagi keluarga yang secara sosial ekonomi akan lebih meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sehingga perempuan, ibu rumah tangga khususnya mempunyai peran ganda dalam kehidupannya
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana peran ganda perempuan keluarga nelayan di desa Sendang Sikucing?
2.      Bagaimana dampak pergeseran peran perempuan keluarga nelayan desa Sendang Sikucing?

3. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah:
1.      Mengetahui bagaimana peran ganda perempuan keluarga nelayan di desa Sendang Sikucing.
2.      Mengetahui dampak pergeseran peran perempuan keluarga nelayan desa Sendang Sikucing.

4. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis
a.       Sebagai pembanding antara teori yang didapat dari bangku perkuliahan dengan fakta yang dilapangan.
b.      Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dibidang penelitian yang sejenis
2. Secara Praktis
a.       Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah praktis.
b.      Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk umum tentang peran wanita didalam pemenuhan perekonomian keluarga.
c.       Lembaga-lembaga yang terkait.
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi berbagai pihak sebagai bahan tambahan informasi bagi para peneliti lanjutan.

D. LANDASAN TEORI
A.    Peran perempuan
Adapun pengertian peran Suratman (2000:15) adalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan ada pada individu seksual sebagai status aktifitas yang mencakup peran domestic maupun peran public. Berdasarkan pengertian peran yang ada dapat disimpulkan bahwa peran perempuan merupakan kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan atau dianggap menjadi tanggung jawab perempuan. Pada umumnya perempuan berada pada posisi subordinat dan marginal, dimana hal ini tidak berbeda jauh dengan kontruksi budaya yang terdapat dimasyarakat, peran perempuan dalam masyarakat jawa wanita sebagai konco wingking, yaitu kegiatan istri adalah seputar dapur (memasak), sumur (mencuci), dan kasur (melayani kebutuhan biologis suami).
Munculnya ungkapan suwargo nunut neraka katut, menggambarkan bahwa kebahagiaan atau penderitaan perempuan tergantung sepenuhnya pada laki-laki. Perempuan tidak mempunyai peran sama sekali dalam mencapai kebahagiaan hidup, sekalipun untuk dirinya sendiri ( Suhandjati dan sofwan 2001:7).
Peran perempuan dalam keluarga jawa yang tersirat dalam Candrarini yaitu bahwa perempuan harus bisa masak, macak dan manak. Keadaan demikian disebabkan oleh masih adanya anggapan sebagian masyarakat, bahwa perempuan hanya sebagai pembantu dan pengatur bukan sebagai salah satu pemimpin di dalam rumah tangga, yang fungsinya sebagai pendukung suami, yang bertugas untuk memperhatikan suami bukan subyek yang perlu mendapat perhatian. Perempuan hanya dianggap sebagai subyek yang pekerjaanya sebagai konsumen penghabis gaji atau pendapatn yang diperoleh suami. Anggapan seperti itu tidak dapat dibenarkan, karena disadari perempuan juga berkemampuan untuk mencari nafkah atau gaji, untuk mendapatkan alternative pendapatan dan berprestasi.
Menurut Hubies (dalam Harijani 2001:20), bahwa analisis alternative pemecahan atau pembagian peran wanita dapat dilihat dari perspektif dalam kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipan pembangunan dan pekerja pencari nafkah. Jika dilihat dari peran wanita dalam rumah tangga, maka dapat digolongkan:
1.      Peran Tradisional
Peran ini merupakan wanita harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dalam mengatur rumah serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figure yang paling menentukan dalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan karena anak sangat terikat terhadap ibunya sejak anak masih dalm kandungan.
2.      Peran Transisi
Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atu ibu disebabkan  karena beberapa factor, misalnya bidang pertanian, wanita dibutuhkan hanya untuk menambah tenaga yang ada, sedangkan di bidang industri peluang bagi wanita untuk bekerja sebagai buruh industry, khususnya industry kecil yang cocok bagi wanita yang berpendidikan rendah. Factor lain adalah masalah ekonomi yang mendorong lebih banyak wanita untuk mencari nafkah.
3.      Peran kontemporer
Adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki peran di luar rumah tangga atau sebagai wanita karier.
Sedangkan  menurut Astuti (1998:10), dalam peran dan kebutuhan gender peran wanita terdiri atas:
1.      Peran produktif
Peran produktif pada dasarnya hampir sama dengan peran transisi, yaitu peran dari seorang wanita yang memiliki peran tambahan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya. Peran produktif adalah peran yang di hargai dengan uang atau barang yang menghasilkan uang atau jasa yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Peran ini di identikan sebagai peran wanita di sector public, contoh petani, penjahit, buruh, guru, pengusaha.
2.      Peran produktif
Pada dasarnya hampir sama dengan peran tradisional, hanya saja peran ini lebih menitikberatkan pada kodrat wanita secara biologis tidak dapat dihargai dengan nilai uang/barang. Peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia, contoh peran ibu pada saat mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah kodrat dari seorang ibu. Peran ini pada akhiranya di ikuti dengan mengerjakan kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah.
3.      Peran social
Peran social pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dari para ibu rumahtangga untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat. Peran ini lebih mengarah pada proses sosialisasi dari pada ibu rumahtangga.
Tingkat peranan itu berbeda-beda di sebabkan oleh budaya dan kondisi alam setempat kaum wanita harus mengadakan pilihan yang mentap dengan mengetahui kemampuannya. Kenyataanya, menunjukan makin banyak tugas rangkap yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai wanita karir (Boserup, 1984:65).

B.     Peran ganda perempuan di era pembangunan
Di Indonesia, gerakan untuk memperjuangkan kedudukan dan peranan perempuan telah cukup lama dilakukan. Kartini adalah tokoh yang telah merintis membebaskan kaum perempuan dari kegelapan melalui pendidikan. Pendidikan dianggap penting karena pendidikan sebagai jalan keluar dalam memecahkan semua masalah dan kesengsaraan bangsa-bangsa (Hardjito 1984:16-17).
Salah satu perbedaan perempuan masa kini dan jaman kartini atau zaman dulu ialah, perempuan jawa masa kini ingin, bersedia, boleh, dan bahkan diarahkan untuk dapat mengisi dua peranan, satu didalam rumah tangga sebagai ibu dan istri, dan yang lain peranan di luar rumah (Sadli 1992:142-143).
Pengertian peran ganda perempuan di era pembangunan adalah partisipasi perempuan yang mencakup sector domestic maupun sector public, dimana hal ini sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pembangunan.
Pada masyarakat pedesaan peran ganda perempuan bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu juga harus bekerja di luar rumah, misalnya: bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh dan lain-lain.karena tanpa bekerja kebutuhsn hidup tidak akan terpenuhi. Berarti bekerja merupakan suatu keharusan. Pada umumnya perempuan yang memiliki taraf pendidikan yang tinggi merupakan sumber daya bagi pembangunan, sehingga bila tidak dimanfaatkan merupakan suatu penghamburan dana. Karena mahalnya biaya pendidikan (Soedarsono dan Murniatmo 1986:58)
Pergeseran dalam peran (pembagian kerja) antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan rumah tangga, terjadi ketika seorang ibu mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat dan Negara. Di mana peran perempuan tidak hanya untuk dipimpin tetapi juga untuk memimpin. Hal itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan pengakuan yang positif dan pasti.
Pembagian peran domestic dan public tidak relevan jika diterapkan dalam masyarakat jawa. Karena dalam masyarakat ini perempuan terbiasa dengan peran domestic sekaligus public. Hal ini terutama terjadi pada masyarakat jawa golongan petani, pedagang, dan nelayan, di mana perempuan mengurus rumah tangga (domestic) sekaligus mencari nafkah (ekonomi-publik) (Stivens 1991: 9-10).

C.     Ibu Bekerja
1.      Peranan Wanita dalam Keluarga
Sebagai ibu, wanita dituntut pada tugas-tuga domestiknya yang tidak dapat dihindari, namun sebagai wanita, harus dapat melaksanakan tugas pelaksana emansipasi wanita. Sebagai wanita harus melaksanakan beberapa peran untuk dapat mengikuti perkembangan dan tuntutan kemajuan. Peranan wanita tersebut dikenal dengan Panca Dharma wanita, yaitu:
a.       Wanita sebagai istri
Berperan tidak hanya sebagai ibu, akan tetapi harus tetap bersikap sebagai kekasih suami seperti sebelum kawin, sehingga dalam rumah tangga tetap terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sejati.sebagai istri dituntut untuk setia kepada suamidan harus terampil sebagai pendamping suami agar dapat menjadi motivasi kegiatan suami.
b.      Wanita sebagai ibu rumah tangga
Sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab berkewajiban secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah, lingkungan dan tata laksana rumah tangga, mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah tangga harus mencerminkan suasana aman, tenteram dan damai bagi seluruh anggota keluarga.
c.       Wanita sebagai pendidik
Ibu adalah pendidik utama dalam keluarga bagi putra-putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kepada orangtua, masyarakat dan bangsa yang kelak tumbuh menjadi warga negara yang tangguh.
d.      Wanita sebagai pembawa keturunan
Sesuai fungsi fitrahnya, wanita adalah sebagai penerus keturunan yang diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang sehat jasmani dan rokhaninya, cerdas pikirannya dan yang memiliki tanggung jawab, luhur budi dan terpuji perilakunya.
e.       Wanita sebagai anggota masyarakat
Pada masa pembangunan ini, peranan wanita diusahakan untuk meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan sesuai dengan kebutuhannya. Organisasi kemasyarakatan wanita perlu difungsikan sebagai wadah bersama dalam usaha mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam membina dan membentuk pribadi serta watak seseorang dalam rangka pembangunan manusia indonesia seutuhnya (Soedjendro 1994:1).
Pada masyarakat pedesaan, peran ganda wanita bukanlah hal yang baru. Mereka disamping sebagai istri, ibu, juga harus bekerja di luar rumah misalnya:bertani, berkebun, berdagang, mencari kayu, bekerja sebagai buruh, dan lain-lain. Kerena tanpa bekerja kebutuhan untuk kelangsungan hidup tidak akan terpenuhi. Berarti, bekerja merupakan suatu keharusan.






















E.KERANGKA BERFIKIR

Peran peremuan
                





















Kerangka berpikir di atas menjelaskan bahwa adanya peran  perempuan dalam keluarga nelayan didesa sendang sikucing kecamatan rowosari kabupaten Kendal, pembagian tersebut jelas sekali perempuan dihadapkan pada dua posisi sentral yaitu pada sector domestic yang berhubungan dengan pengasuhan anak dan merawat rumah dan di sector public yang berhubungan dengan pekerjaan diluar rumah seperti menjadi buruh cuci, karyawan, pabrik, PNS, petani yang mengakibatkan adanya beban ganda pada perempuan didalam rumah tangga, sehingga perempuan harus pandai mengatur kedua perannya tersebut agar keduanya berjalan secara seimbang.  Penulis dalam hal ini ingin mengetahui bagaimana bentuk pembagian kerja perempuan dalam rumah tangga disektor domestic maupun sector public dan juga mengetahui tentang factor-faktor apa saja yang menyebabkan beban ganda pada perempuan didalam rumah tangga. Arah panah dalam kerangka berpikir di atas menunjukkan peran  pada perempuan yang mengakibatkan adanya peran ganda dan beban ganda pada perempuan.

F. KERANGKA TEORI

Kerangka teori ini akan diberikan gambaran mengenai teori yang akan digunakan oleh penulis untuk menganalisis peran ganda perempuan dalam keluarga nelayan di desa sendang sikucing kecamatan rowosari kabupaten kendal.
1.      Teori Nature
Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing
2.      Teori peran
Robert Linton, seorang antropolog, telah mengembangkan  teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial
Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder membantu memperluas penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Di Indonesia berbeda. Usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian lagi.
A.    Tugas-Tugas Wanita
Menurut Notopuro (1984 : 57-58) konsep diri wanita Indonesia sebagai ibu rumah tangga dalam kerangka Panca Tugas Wanita yaitu :      
1.      Wanita sebagai pendamping suami
a.       Menjadi diri sebagai kekasih sejati dalam suka dan duka.
b.      Memahami keadaan suami, lebih mengenai tanggung jawab, kedudukan dan tugasnya.
c.       Menjadikan diri sebagi wanita yang didambakan suami yaitu penuh kasih sayang, setia, saling menghormati dan pengertian.
d.      Selalu menjaga kebersihan dalam rumah, menciptakan suasana harmonis dan damai.
e.       Penuh toleransi, menghargai dan menghormati suami sebagai kepala keluarga, serta mampu memberikan dorongan moral yang baik.  
2.      Wanita sebagai pendidik dan pembina generasi muda
a.       Sesuai kodratnya sebagai ibu dengan melahirkan anak yang sehat, normal dan cerdas.
b.      Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dapat memberikan rasa aman dan kasih sayang kepada anak.
c.       Memiliki pengetahuan tentang pengasuhan anak dan kesehatan ibu dalam masa kehamilan dan kelahiran.
3.      Wanita sebagai ibu rumah tangga
a.       Selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
b.      Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang, sejuk dan tentram.
c.       Pandai mengatur dan memanfaatkan waktu secara efisien.
d.      Pandai berhemat, hidup sederhana dan dapat menabung.
e.       Menyiapkan makanan sesuai selera dan bergizi.
4.      Wanita sebagai pembawa keturunan
a.      Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan agar dapatmemberi penghasilan tambahan untuk keluarga sesuai dengan kemampuannya.
b.      Menggali, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada.
5.      Wanita sebagai anggota masyarakat.
a.       Memelihara pergaulan hidup dan menjaga kerukunan bertetangga.
b.      Sadar akan hak dan kewajibannya, ikut berperan aktif dalam pembangunan.
c.       Melestarikan asas-asas yang baik dan tumbuh dalam masyarakat.

Meskipun demikian, beban wanita (isteri) tetaplah yang paling berat, sebab pada umumnya wanita mempunyai lima macam golongan kegiatan yaitu : 1) kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga; 2) kegiatan mencari nafkah pada industri rumah tangga; 3) kegiatan mencari nafkah pada kesempatan lain; 4) kegiatan sosial dan msyarakat; dan 5) kegiatan individual dan istirahat. (Abdullah, 2003 : 231).
beban wanita (isteri) tetapla yang paling berat, sebab pada umumnya wanita mempunyai lima macam golongan kegiatan yaitu : 1) kegiatan sehari-hari berkaitan dengan rumah tangga; 2) kegiatan mencari nafkah pada industri rumah tangga; 3) kegiatan mencari nafkah pada kesempatan lain; 4) kegiatan sosial dan msyarakat; dan 5) kegiatan individual dan istirahat. (Abdullah, 2003 : 231).
Dengan begitu banyaknya peran yang harus dilakukan perempuan tersebut menandakan bahwa perempuan telah mengalami beban ganda dalam hidupnya. Beban ganda (double burden) adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin dimana yang bersangkutan bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Adanya anggapan bahwa perempuan secara alamiah memiliki sifat memelihara, merawat, mengasuh dan rajin, mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Karena itu, bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik.
Secara konseptual peran ganda wanita mengandung beberapa kelemahan dan ambivalensi. Pertama, di dalamnya terkandung pengertian bahwa sifat dan jenis pekerjaan wanita adalah tertentu dan sesuai dengan kodrat wanitanya. Kedua, dalam kaitan dengan yang pertama, wanita tidak sepenuhnya bisa ikut dalam proses-proses produksi. Ketiga, di dalamnya terkandung pengakuan bahwa sistem pembagian kerja seksual seperti yang dikenal sekarang bersifat biologis semata. Keempat, merupakan suatu penerimaan tuntas terhadap berlangsungnya mode of production yang ada. Kelima, bila dikaitkan unsur keselarasan dan pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bersifat etnosentris dan mengacu pada kelas sosial tertentu dan secara kultural bukan sesuatu yang universal dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia.
B.Kedudukan Dan Peranan Tenaga Kerja Wanita
Perkembangan zaman yang semakin canggih menyebabkan tidak sedikit wanita yang memasuki sektor publik, untuk bekerja di berbagai sektor kehidupan. Masuknya wanita dalam sektor publik tersebut menyebabkan bertambahnya peran yang harus dilaksanakan. Selain berperan dalam sektor domestik yang sebagai ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga dan anak-anak, wanita juga berperan dalam sektor publik sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Menurut Abdullah (2003 : 226), keterlibatan wanita dalam industri rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tekanan ekonomi. Kedua, lingkungan keluarga yang sangat mendukung dalam bekerja, misalnya : mereka terbiasa membantu orang-orang di sekitarnya yang mengusahakan industri rumah tangga. Ketiga, tidak ada peluang kerja lain yang sesuai dengan ketrampilannya.
Kondisi kemiskinan mendorong perempuan untuk ikut mengambil ailh tanggung jawab ekonomi keluarga. Dengan berbagai cara perempuan ikut berperan aktif menaikkan pendapatan. Perempuan miskin di desa dan kota merupakan kelompok terbesar yang terus-menerus mencari peluang kerja demi memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bekerja sebagai buruh tani, buruh perkebunan, pembantu rumah tangga, pemulung, buruh pabrik, dan pekerja migran. Sementara proses pembangunan telah merugikan kaum perempuan. Mereka menjadi miskin dan temarginal. Pesatnya pembangunan menyebabkan tersingkirnya tenaga kerja perempuan ke sektor-sektor marginal karena perempuan tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup memadai seiring dengan laju pembangunan (Astuti, 2008 : 42).
Marginalisasi/peminggiran adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Mayoritas ibu rumah tangga di Desa Plumbon berpendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang tinggi. Hal tersebut memaksa mereka bekerja sebagai buruh emping, karena hanya pekerjaan sebagai buruh emping tersebut yang dapat para ibu rumah tangga tersebut lakukan untuk menambah penghasilan. Hal tersebut merupakan bentuk marginalisasi terhadap perempuan karena ibu-ibu rumah tangga tersebut hanya dapat bekerja sebagai buruh emping dengan penghasilan rendah akibat mereka berpendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang tinggi.Buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah (Ali, 2002 : 180). Emping adalah penganan yang terbuat dari bahan melinjo, biji-bijian yang ditumbuk dan dibentuk tipis-tipis, dikeringkan, dan digoreng seperti kerupuk (Ali, 2002 : 854). Jadi buruh emping yang dimaksud dalam penelitian iniadalah orang yang bekerja untuk orang lain dalam industri yang mengolah dan menghasilkan berbagai olahan makanan ringan yang terbuat dari emping.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ihromi dalam skripsi Fatmah (2008 : 16) bahwa rendahnya tingkat pendidikan tidak hanya akan memberikan dampak terhadap jenis pekerjaan yang digeluti perempuan saja tetapi juga berpengaruh pada kedudukannya dalam pekerjaan dan upah yang diterima.




12 komentar:

Yuni Zaharani mengatakan...

Hingga kini ketidaksetaraan gender sangatlah sulit untuk ditanggulangi. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang konsep gender menjadi salah satu penyebab langgengnya ketidaksetaraan gender yang cenderung menguntungkan satu pihak, yakni laki-laki. Seperti yang dicontohkan dalam artikel diatas yakni betapa beratnya peran perempuan dalam keluarga nelayan di Desa Sendang Sikucing Kendal. Disamping harus menunaikan beban domestik, perempuan di desa ini juga memeras keringat untuk membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh.

EKON mengatakan...

desa sikucing....??? gkgk....
untung sianjing gak ada...
kalo ada berabe...proposalnya berubah judul ..
jadi
"kekerasan dalam peradaban hewan-hewan piaraan"

gkgk.....sorry lan....sedkit nge-junk...

katamila mengatakan...

membicarakan gender tiada habisnya... masing2 saling mempertahankan argumennya. superioritas pihak laki2 masih dominan hingga saat ini. namun sekarang bisa sedikit tenang oleh karena sudah banyak orang yang memahami konsep gender dimana kedudukan perempuan bukan second class lagi.

hapuskan kekerasan pada perempuan!
semangattt!!

jendela by haqy mengatakan...

menarik sekali setelah membaca artikel mbaknya,,,hehe,,,
satu komentar saya terhadap postingan artikel anda ini,,,
"gender hanya konstruksi sosial"jadi,,,
semoga tujuan dan manfaat dari postingan artikel penelitian ini dapat terealisasikan dalam masyarakat secara nyata,,,aaaammmiiiiiieeennnn,,,

Unknown mengatakan...

terima kasih tulisannya

Unknown mengatakan...

assalamualaikum
kak mohon dong judul buku-bukunya sama penerbitnya jg di posting
terimasih
wassalamualaikum

Anna mengatakan...

If you have any problems with writing, feel free to ask our writers for help! Evolution Writers is ready to help with any kind of academic writing!

Unknown mengatakan...

mbak boleh nanya.??? itu kutipan dari suratman judul buku nya tentang apa.?? di latar belakang masalah paragraf kedua.
trims

Sri Kusumawarti mengatakan...

ini artikelnya beberapa copas dari sini ya --> http://www.kompasiana.com/dinienastiti/peran-ganda-perempuan-menciptakan-pergeseran-nilai_5578413a2f9773b0349dc854

Unknown mengatakan...

Daftar Pustakanya Tidak ada Kak

Akhbar Sanusi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Akhbar Sanusi mengatakan...

Marginalisasi/peminggiran adalah kondisi atau proses peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin dari arus/pekerjaan utama yang berakibat kemiskinan. Mayoritas ibu rumah tangga di Desa Plumbon berpendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan yang tinggi. Hal tersebut memaksa mereka bekerja sebagai buruh emping, karena hanya pekerjaan sebagai buruh emping tersebut yang dapat para ibu rumah tangga tersebut lakukan untuk menambah penghasilan. Hal tersebut merupakan bentuk marginalisasi terhadap perempuan karena ibu-ibu rumah tangga tersebut hanya dapat bekerja sebagai buruh pendidikan sebagai kunci peran penguatan perempuan

Posting Komentar

 
;